Selasa, 06 September 2011

Switching Role (Bertukar Peran)

Bagian ke-6 dari tulisan Investment for Housewives

Isu yang cukup hangat dan pasti selalu hangat sejak dikenalnya kemampuan perempuan untuk melakukan multi tugas atau multi tasking adalah banyaknya kaum perempuan yang menempati posisi penting dalam perusahaan-perusahaan saat ini. Hal ini membawa konsekuensi yang gampang-gampang susah dalam keluarga modern.
Seperti telah lama diidentifikasi bahwa naluri laki-laki adalah menguasai kawanannya, dalam hubungan antar manusia itu bisa berarti power atas kelompok atau pengaruh atas keluarganya. Lelaki dikenal memiliki ego yang besar…katanya lho…coba cek di internet deh. Dan peningkatan peran perempuan dalam masyarakat dan dunia bisnis menjadi suatu tantangan bagi ego laki-laki dalam keluarga.
Dalam keluarga modern dewasa ini sudah lazim bahwa pencari nafkah dalam keluarga adalah ayah dan ibu. Bahkan dalam beberapa tahun belakangan ini tidak jarang dijumpai Ibu yang memiliki karir dan pendapatan lebih baik daripada suaminya. Listen dear Mom…actually you bring something different in the workplace. Dan bakat bawaan mereka yang mampu mengerjakan sesuatu secara bersamaan menjadi salah satu kemampuan yang dicari di perusahaan2 dewasa ini. Bahkan menurut beberapa penelitian, perempuan lebih mampu menghadapi stress dengan baik dibandingkan laki-laki.
Keadaan seperti di atas bagi beberapa keluarga dapat membawa pada situasi yang berat, karena diakui atau tidak, pergeseran peran pencari nafkah utama dari laki-laki pada perempuan akan membawa konsekuensi-konsekuensi tertentu berkaitan dengan ego laki-laki. Oleh karena itu, dear Housewives…anda harus waspada pada gejala-gejala dimana suami anda mulai berulah dan mencari perhatian atau sering mengajak anda bertengkar kadang tanpa alasan yang cukup masuk akal. Itu adalah salah satu dari gejala yang ada.
Salah satu kompromi dari masalah itu adalah memberikan suami anda ruang untuk menjadi Family Financial Manager bagi anda dan andalah yang bertugas sebagai pencari nafkah utama. Percayakan pengelolaan keuangan pada suami anda dan bicarakan baik-baik karena to be honest…ada kecenderungan laki-laki lebih mudah menggunakan uang untuk tujuan2 diluar tujuan keluarga…waspadalah atas potensi penyelewengan ini. Tapi sebelum terbukti baiklah kita tidak berasumsi dan let’s think in a positive way.
Berbagi peran dengan asumsi bahwa pasangan kita tidak akan mampu melaksanakan peran tersebut hanya akan semakin membebani anda dan juga pasangan anda. Dan percayalah bahwa semuanya akan berantakan. Sesuatu yang akan memberikan semacam boost of ego bisa seperti ini,” Pah, kalau perencanaan keuangan kita bisa berhasil dengan baik, Papah bisa gunakan keuntungan finansial untuk liburan bersama atau kalau papah pingin beli sesuatu, pakai aja sebagian dari hasil keuntungan itu. Tapi kita harus punya standar mana yang bisa kita pakai untuk keperluan pribadi. Intinya semakin baik Papah mengelola keuangan, semakin banyak juga hasil yang Papah dan keluarga ini bisa nikmati.”
Dear Housewives, tujuan perencanaan keuangan adalah kemapanan financial jangka panjang. Seharusnya itu yang menjadi prioritas para orangtua. Setelah itu baru keuntungan yang dapat dinikmati. Laki-laki bisa menjadi seorang investor yang bersifat risk taker dengan potensi mendapatkan keuntungan yang berlipat, tapi harus dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan mengelola keuangan yang baik.
Nah jika switching role anda dapat berhasil dengan baik, saya yakin relasi anda dan suami akan lebih harmonis dan yang terpenting adalah anda berdua bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. That’s nothing in this world sweeter than a Wife and Husband try to achieve their goals together and stick to each other forever. Have a Nice Day all! Dan tidak lupa untuk mengucapkan Selamat Idul Fitri dan Mohon Maaf Lahir dan Batin.

Jakarta, September 6th 2011

Kamis, 07 Juli 2011

Kredit kepemilikan… biaya-biaya yang tersembunyi, Bagian ke-5 dari beberapa tulisan seri Investment for Housewives

Kredit kepemilikan… biaya-biaya yang tersembunyi
Bagian ke-5 dari beberapa tulisan seri Investment for Housewives

Suatu petang yang tenang dimana ada saat berdua untuk sepasang suami istri, pasti ada perbincangan menarik mengenai anak-anak, kabar dari kantor, impian bersama dan hal-hal yang mungkin lebih intim. Suatu ketika pokok pembicaraan menyentuh mengenai program kredit kepemilikan mobil. Ada sebuah lembaga pembiayaan yang menawarkan kredit dengan bunga cukup murah. Rupanya keluarga tersebut sudah lama ingin memiliki sebuah mobil keluarga.

“Pah, kita sudah mampu nggak ya untuk membeli mobil?” kata sang istri. “Lha kira-kira cukup nggak uang kita buat membayar cicilannya?” sang suami balik bertanya. “Lho, kok malah membalikkan pertanyaan sih?” kata si istri. “Soalnya Mama kan yang mengatur perencanaan keuangan kita selama ini? Jadi, Mama yang lebih tahu mengenai 
posisi keuangan keluarga kita,” jawab sang suami.

“Kalau menurut Mama sih rasanya kita masih mampu membayar uang muka dari tabungan kita dan cicilannya juga rasanya masih terjangkau,” jawab sang istri. “Berapa duit sih uang muka dan cicilannya?” sang suami bertanya lebih lanjut. “Uang muka + lain-lain Rp 45,264,300,- dan cicilan per bulan selama  47 bulan sebesar  Rp 5,068,800,-“ jawab sang istri.”Harga mobilnya sendiri kalau cash Rp 213,500,000,-,” lanjut sang istri.

“Hmmm…keputusan senilai 213.500.000,- rasanya layak kita diskusikan lebih serius. Coba kita bandingkan total harga yang harus kita bayar bila kita ambil secara kredit,” kata sang suami. Lalu setelah menambahkan 45.264.300 dengan (47 x 5.068.800,-) didapatlah angka Rp 238.233.600,-. Jadi selisihnya adalah Rp 24.733.600,- lebih banyak kita bayarkan bila kredit dibandingkan kalau kita ambil tunai. Secara persentase maka selisih dibagi dengan harga cash = 24.733.600/213.500.000, maka didapat angka 11,58%. “Sebenarnya persentase segitu sih cukup murah Mam. Tapi kamu mau nggak tiap 4 tahun kita ganti mobil?” tanyanya lebih lanjut. “Wah tentu mau dong, siapa yang nggak mau pakai mobil baru terus,” timpal istrinya.

“Kalau begitu coba kita berhitung penyusutannya,” lanjut sang suami. “Anggap saja kita bayar mobil itu seharga Rp 213.500.000,- trus kita susutkan selama 48 bulan dengan nilai sisa ketika akhir bulan ke-48 adalah anggap saja Rp 100.000.000,-. Jadi perhitungan sederhananya seperti ini, (213.500.000-100.000.000)/48 = 2.364.583,33 yah dibulatkan jadi 2.365.000 biar gampang.” Terang sang suami. “Nah jadi sebenarnya kalau kita mau pakai mobil, uang yang harus kita sisihkan setiap bulannya adalah sejumlah cicilan bulanan ditambah dengan penyusutan, totalnya Rp 7.433.000,-“lanjutnya
.
"Well diluar itu semua dea wife, masih ada biaya perawatan, bensin dan pajak yang harus ditanggung keuangan keluarga. Dengan jarak tempuh rata-rata 20 ribu kilometer dan konsumsi BBM sebanyak 1 liter untuk 10 km, maka tambahan biaya bahan bakar adalah (20.000/10) x 4500 = 9.000.000. Dengan asumsi harga BBM premium Rp 4500,-/liter maka tambahan biaya yang harus ditanggung keuangan keluarga adalah Rp 9.000.000,- per tahun atau setara Rp 750.000,-/bulan. Belum lagi biaya perawatan. Bisa-bisa keluar lagi 1 juta per bulan. So kalau kita hitung lagi maka total yang harus kita sisihkan per bulan  adalah:
Cicilan + penyusutan + bahan bakar + perawatan = Rp 5.068.800,- + Rp 2.365.000,- + Rp 750.000,- + Rp 1.000.000,- = Rp 9.183.800,-

“Wah, kok jadi banyak sekali Pah?” kata sang istri. “Yah memang seperti itu kalau kita mau menghitung dengan benar,” timpal sang suami. “Tapi untuk penyusutan sebenarnya duitnya kan nggak hilang, cuma disisihkan saja dan kalau Mamah bisa menginvestasikanya dengan baik, jumlahnya nanti di bulan ke-48 bisa cukup banyak lho, ditambah dengan nilai sisa hasil penjualan, kita bisa beli mobil baru lagi begitu selesai kredit.” Kata sang suami. “Papah ini kayak mikir buat perusahaan saja,” istrinya mencibir. “Ini kan keluarga, bukan perusahaan,” lanjut sang istri bersungut-sungut karena mulai melihat harapan yang memudar……(sayup-sayup terdengar lagu..."melambung jauh..terbang tinggi....", dari radio tetangga, itu tuh lagunya Anggun C. Sasmi)

“Memang kalau mau merencanakan keuangan yang baik itu harus lengkap informasinya, Mah dan kita harus meniru bagaimana perusahaan dijalankan supaya sumberdaya keuangan dalam keluarga bisa dioptimalkan walaupun terbatas.” Kata si suami lagi. “Tapi aku ada solusi nih kalau memang kita perlu mobil untuk saat-saat liburan yah sebulan empat kali pakai di akhir pekan….malah lebih murah coba bayangkan, sewa mobil Rp 600.000,- plus BBM anggap aja Rp 200.000,- semua Rp 800.000,- sebulan kita pakai 4 kali kan jadinya Cuma Rp 3.200.000,- tanpa perawatan dan penyusutan dan pajak…ahhh…pajaknya tadi belum dihitung kan?.” kata sang suami. “So, kita bisa ngirit hampir 6 jutaan sebulan dan masih bisa pakai mobil kalau perlu,” tambahnya sambil tersenyum. Sang istri hanya manggut-manggut gak mudheng (…nggak paham, dalam bahasa Jawa).

“Pusing, aku…kayak perusahaan saja,” sungut sang istri. “Tenang Mah, ada bedanya kok sama perusahaan,” hibur suaminya. “Apa?” tanya sang istri. “Di masa sulit, perusahaan bisa “membunuh” karyawannya, tapi keluarga kan tidak melakukannya, to? Justru di saat-saat sulit, keluarga seharusnya berjuang bersama-sama, itulah nilai kasih sayang yang jarang ada di perusahaan saat ini.” Kata sang suami lagi. Istrinya hanya tersenyum karena memang, “kasih sayang” adalah value yang jarang ada di sebuah perusahaan kecuali di dalam keluarganya….rumahnya….dan kasih sayang juga yang meredakan semua perbedaan mereka selama ini.

Banjarbaru, 7 Juli 2011
Catatan:
Ilustrasi harga mobil dan kredit menggunakan bahan dari www.oto.co.id mobil SX4 tanpa maksud promosi dan mengunggulkan merek tertentu, hanya untuk keperluan ilustrasi. Sedangkan harga sewa mobil hanya perkiraan saja karena saya tidak update harga sewa mobil.

Sabtu, 25 Juni 2011

Memetik Buah dari Kesabaran dan Ketekunan (Percakapan di ujung telepon) Bagian ke-4 dari beberapa tulisan Investment for the Housewives

Akhirnya tulisan jadi juga. Tapi kayaknya gak bisa singkat nih soalnya memang susah rasanya menyingkatnya. Semoga berguna dan silakan dibaca.

"Mam, masak apa hari ini?" Suara suamiku yang berat terdengar di ujung telepon pada suatu siang. “ Sup ayam dengan jamur, Pah,” kataku. “Hmmm….rasanya baunya sampai sini nih,” candanya lagi. Kami biasa saling menyapa setiap siang. Kalau tidak dia yang telepon ya aku yang akan memberinya sedikit gangguan di sela pekerjaannya. Well…jadi ibu rumah tangga tidaklah sememelas yang disangka orang. Setidaknya selalu ada yang mengangkat telepon di ujung sana. Seandainya suamiku presiden sekalipun pasti akan meluangkan waktunya beberapa menit untuk mendengarkan suaraku dan aku juga satu-satunya perempuan yang kebal  hukum bila mengomelinya…hehehe.

Lagi ngapain Pah? Tanyaku. “Ini, lho sedang menyusun portfolio investasi untuk klienku,” jawabnya dengan santai. “O….apa itu?” tanyaku. “Hmmm…itu adalah sup yang Papah buat untuk klien.” Katanya bercanda. “Sekian batang wortel dicampur dengan sekian liter kaldu ayam ditambah bawang, garam, merica dan potongan daging ayam serta daun seledri plus kubis, buncis, brokoli dan lain-lain yang bikin enak dan menyehatkan.” Jawabnya. Lalu dia menambahkan,”dimasak selama beberapa waktu dan jadilah sup yang enak serta menyehatkan.”

“Lho, investasi itu kok jadi sup?” tanyaku makin penasaran. Pekerjaan suamiku yang sering berurusan dengan segala macam investasi kadang-kadang membingungkan aku. Memang kami berbeda latar belakang pendidikan, tapi di saat sedang santai, dia sering menerangkan beberapa hal mengenai investasi padaku. “Mam, kamu juga harus melek investasi untuk lebih maksimal dalam mengelola keuangan keluarga,” katanya pada suatu waktu. “Lho Pah! Kalau Papah yang lebih pintar berinvestasi kenapa bukan Papah saja yang melakukan urusan investasi keluarga?” kataku.

“Bukan karena Papah nggak mau, tapi karena aku sebagai laki-laki ingin juga sih bermanja-manja sama kamu seperti biasa. Kamu tahu kan urusan daleman…hehehe…aku nggak pernah merasa beli celana dalam, kaos dalam dll…eh tapi tuh barang selalu siap dan ada di lemari dalam kondisi yang baik dan jumlahnya juga nggak bertambah. Berarti kamu membelikan buat aku dan aku heran kemana perginya yang lainya?” suamiku bertanya. “Jadi lap pel.” Jawabku. “Hah!!!” jawabnya pura-pura terkejut. Yah itulah salah satu kemewahan dalam berumah tangga…beberapa hal bisa terjadi tanpa kita melakukannya…hehehe.

“Hih…ini lho lagi ngomongin investasi kok malah sampai daleman segala,” kataku. “Mam, berbagi pekerjaan itu supaya kamu juga mengerti dan memahami aku lebih dalam lagi, seperti ketika aku kamu tinggal nengok Ibu yang lagi sakit dan aku harus berkutat dengan pekerjaan mengantar anak, menyiapkan makan dan minum mereka, membayar tagihan-tagihan serta mengurus cucian dan membersihkan rumah. Baru kupahami betapa pekerjaan seorang Ibu rumah tangga benar-benar tiada habisnya, “ katanya dengan jujur. Well, suamiku yang satu ini memang kuakui mampu bicara jujur….ada kalanya dia juga tidak berterus terang…tapi selalu memberiku semacam “clue” supaya aku menahan diri tidak bertanya terlalu banyak. Barangkali memang agak susah dia untuk ngomongnya…yah, laki-laki selalu saja begitu. Ada hal-hal yang katanya susah diomongkan.

“Dengan melakukan apa yang aku lakukan sebenarnya kamu juga belajar mengenai diriku dan itu juga akan membuat komunikasi kita lebih nyambung,” katanya menambahkan. Lalu dia menerangkan panjang lebar mengenai investasi untuk keluarga. Intinya, investasi itu berisiko dan harus melakukan manajemen risiko. Gambarannya ya seperti memasak sup tadi, berbagai macam instrumen investasi dipilh dan digabungkan menjadi suatu yang namanya “sup portfolio investasi” yang bisa terdiri dari saham, emas, deposito, tanah dan asuransi.

Supaya investasi itu enak dan menyehatkan maka haruslah melewati waktu tertentu untuk “dimasak” supaya matang sehingga enak dan menyehatkan kalau dinikmati. Juga harus dilakukan secara rutin supaya kita bisa mendapatkan keuntungan optimal  tanpa harus melakukan spekulasi. Spekulasi di sini artinya investasi yang bersifat untung-untungan dan tanpa perhitungan yang matang.

Sekarang seperti perumpamaan berikut:
Tahun 1 kita beli 10 gram emas senilai Rp 300.000,-/gram (harga emas saat itu). Tahun kedua beli lagi 10 gram seharga Rp 375.000,-/gram. Tahun ketiga beli lagi senilai Rp 325.000,- per gram. Pada tahun keempat harga emas Rp 360.000,-/gram. So bila kita perlu menguangkan investasi emas maka yang kita jual adalah emas yang kita beli pada tahun pertama dan tahun ketiga, karena sudah ada keuntungan. Emas yang kita beli tahun kedua harus kita simpan karena belum menghasilkan keuntungan. Ini sebenarnya adalah prinsip inventory sederhana yang juga menjadi manajemen risiko dari investasi itu sendiri.

Dalam contoh diatas kita kan punya dimensi waktu supaya investasi itu, seperti halnya sup ayam, dapat kita nikmati karena bahan-bahannya sudah cukup matang. Sedangkan bahan dan bumbunya atau dalam hal ini instrumen investasinya dapat digabungkan antara emas, deposito, reksadana atau saham dan juga asuransi. Tentunya dengan komposisi yang sesuai.

“Selain itu ketekunan untuk melakukan investasi dan kesabaran juga diperlukan lho,” kata suamiku lagi. Lalu sambungnya,”investasi itu perlu waktu untuk tumbuh, dan investor harus memiliki ketekunan untuk menginvestasikan dananya pada investasi yang punya prospek bagus.” Demikian perbincangan kami di telepon.  Terus terang aku masih ada beberapa hal yang ingin kutanyakan karena ngomong di telepon tentunya tidak seleluasa kalau bertatap muka langsung….hmmm tapi itu bisa nanti setelah dia pulang. Get back home soon, Honey!

Banjarbaru, 26 Juni 2011


Kamis, 09 Juni 2011

Bagaimana Berinvestasi Bila Bujet Amat Sangat Mepet Sekali

Bagian ke-3 dari beberapa tulisan dalam seri Investment for Housewives

Alkisah, di sebuah surat kabar terpampang judul yang menarik minat untuk membaca, "Ribuan korban penipuan investasi ramai-ramai melapor". Hari gini masih ada yang tertipu investasi????? Benar-benar hebat, dahsyat dan sekaligus bodoh.....sampai ada yang stress dan gila karena duit simpanannya yang dikumpulkan selama bertahun-tahun ludes...amblas...kosong blong !!! Bahkan ada yang pinjam duit untuk diinvestasikan....astagaaaaa!!!!
Memang untuk menjadi kaya harus mengambil risiko, tapi please deh....jangan bodo-bodo amatlah! Dear housewives, saya akan bagi beberapa prinsip utama untuk investasi bagi keluarga yang bujetnya amat sangat mepet sekali. Begini, pertama yang anda pikirkan adalah cari tipe investasi yang punya Opportunity Cost paling tinggi, baru kemudian investasikan ke tempat yang lainnya kalau masih ada sisa anggaran.
Investasi apa yang punya Opportunity Cost paling tinggi? Anda tahu? Jawabannya adalah ASURANSI. Kenapa asuransi? Karena itulah satu-satunya produk investasi yang ketika anda masuk sebagai nasabah, anda selalu dicurigai apakah anda sehat atau tidak, premi diukur dari usia dan jenis kelamin juga serta risiko pekerjaan....damn insurance company!!!! Maafkan kata-kata kotor saya tapi sesungguhnya memang demikian adanya dan mudah-mudahan tulisan ini tidak dibaca anak-anak. Tapi ketika saatnya klaim anda dibayarkan wow...insurance company is damn good babe!!!
Cari yang preminya murah dan memberikan uang pertanggungan yang besar. Semakin anda menunda semakin besar jumlah premi yang harus anda bayar karena faktor usia dan risiko kesehatan. Suatu saat pernah saya buat suatu ilustrasi yang membandingkan antara nasabah asuransi yang masuk di usia 35 dan yang masuk di usia 40 tahun. Hasilnya yang berusia 35 tahun dapat mengumpulkan sekitar 200 juta lebih banyak dari yang berusia 40 tahun pada saat masa pensiunnya. Opportunity Cost yang hilang selama 5 tahun (usia 40-35=5 tahun) adalah 200 juta rupiah atau sekitar 40 juta-an setahunnya. Semua perusahaan asuransi tidak ada yang jelek selama bisa bayar klaim. Inilah yang akan menolong meringankan beban keluarga bila terjadi risiko kehidupan yaitu sakit, cacat tetap atau bahkan meninggal dunia.
Yang kedua belilah emas yang bukan perhiasan tetapi logam mulia (LM). Anda bisa dapatkan dari yang satuan terkecil 1 gram kalau masih ada. Dan lakukan rutin dan catat harganya serta tanggal pembeliannya. Ini adalah prinsip inventory atau gudang...my dear kamu sudah punya gudang emas! Dengan prinsip inventory ini ohhh....kita bisa untung di saat orang lain "merasa" rugi. Kuncinya adalah beli secara rutin!!
Nah...tentunya dengan cara ini kalau bisa kebutuhan primer terutama rumah harus sudah punya. Kalau belum ya tentunya jangan ambil risiko untuk investasi. Investasi hanya untuk yang punya uang berlebih, kalau uangnya mepet...sebaiknya ambil alternatif pertama dulu....proteksilah asset atau bisa lebih miskin lagi.
Yah...namanya juga mepet...strateginya juga terbatas, tapi komitmennya harus lebih besar. Itulah kuncinya.....eh istriku mana tadi???? Wah...hehehe, ngimpi nih....aku kan lagi di luar kota.

Banjarbaru 10 Juni 2011

Minggu, 05 Juni 2011

Surat buat Istriku

Tulisan ini adalah di luar rencana saya dan saya tidak  ingin memasukkannya dalam seri tulisan Investment for Housewives karena sarat dengan luapan emosional. Ini hanya berbagi namun bisa juga menjadi tambahan “romantika kehidupan” untuk seri Investment for Housewives.

Istriku,
Kuingat suatu saat kita berdebat mengenai peran Ibu Rumah Tangga dalam keluarga. Aku tahu mengenai latar belakang pendidikanmu dan ketrampilanmu dan bahwa engkau memiliki kemampuan untuk bekerja dan menghasilkan tambahan bagi keluarga. Tapi akhirnya perdebatan emosional itu berakhir dengan betapa pentingnya peranan Ibu bagi seorang anak dan kita sepakat bahwa anak-anak perlu engkau di sisi mereka.

Hari ini tiba-tiba aku teringat saat itu ketika kuterima gajiku bulan ini. Aku duduk di samping sepasang suami isteri yang sudah cukup lanjut. Ketika kutanyakan pada mereka apakah hendak mengambil uang pensiun, sang suami berkata bahwa mereka hendak mengambil simpanan hari tuanya untuk bulan ini. Ternyata sang suami bukan pegawai yang terima pensiun. Mereka hidup dari simpanan hari tua mereka yang dahulu mereka tabung dengan cermat untuk persiapan masa-masa pensiun.

Hmmm….lalu kuingat saat perdebatan kita waktu itu. Pikiranku tiba-tiba mendapatkan suatu jawaban bahwa sesungguhnya kau melakukan peran yang luar biasa bagiku dan anak-anak. Seorang suami yang bekerja diukur secara finansial dari pendapatannya,….tetapi seorang Ibu Rumah Tangga….tahukah kamu sayang…berapa kontribusinya secara finansial? Ya,….itulah dari seberapa besar dia tiap bulannya dapat menyisihkan pendapatan dari suaminya untuk ditabung guna hari tua mereka (tentunya setelah keperluan untuk sekolah anak-anak dan lain-lain tetek bengek hanya kamu yang sanggup melakukannya).

Istriku, memang aku memulainya dengan memberikan pendapatanku tiap bulan kepadamu, tapi sebenarnya pada dirimulah semua itu ujungnya. Ketelitianmu mengelola keuangan keluargalah yang pada akhirnya menentukan kesejahteraan masa tua kita nanti. Walaupun saat ini kontribusimu terasa sedikit tapi pada akhirnya yang sedikit itulah yang menjadikan masa tua kita lebih bahagia. Bahwa sebenarnya peranmu sangat besar bagi masa-masa yang akan datang.

So, janganlah berkecil hati, semua indah pada waktunya…seperti saat pernikahan kita dulu…Indah pada waktunya. Sekarang adalah waktuku untuk mencari uang dan waktumu mengelola semuanya itu, namun besok ketika aku sudah tidak sanggup bekerja lagi itulah waktumu memetik hasil ketekunanmu dan aku berharap dapat menemani kamu sepanjang sisa umurku. Di saat itulah hal yang paling tidak aku inginkan adalah pertengkaran karena uang kita tidak cukup membayar keperluan sehari-hari.

Saat itulah aku akan mengantar kamu ke pasar, mengunjungi anak dan cucu, berjalan pagi bersama serombongan orang-orang lanjut usia seperti kita serta kemanapun kamu inginkan. Setelah hari-hari yang melelahkan di masa muda kita, aku inginkan masa tua yang tenang dan bahagia bersama engkau. Semoga tulisan ini dapat melegakan hatimu atas pengorbananmu. O, iya Sayangku…di masa-masa itu aku mungkin masih egois seperti saat ini, tapi kuharapkan akan banyak berkurang seiring dengan waktu dan bisa membuatmu lebih bahagia.

Palangka Raya, 7 Juni 2011

Senin, 30 Mei 2011

Investment for Housewives Bagian ke-2 dari beberapa tulisan

Cash Flow...Cash Flow...Cash Flow
Maksimalkan Cash Flow keluarga yuk.....
Tanggapan dan kritikan yang masuk pada tulisan saya benar-benar membuat semangat menulis menjadi menyala nyala…wow terimakasih kawan-kawan. Ini saatnya belajar lagi, sambil ngeteh sore-sore tentunya lebih relaks dan nikmat kan. Kapan lagi kita bisa belajar sambil ngeteh dan makan snack sore sementara anak-anak masih asik dengan kursus dan hal lain?
Sampai mana ya? Oh, iya manajemen kas…yuhuu…ini topik yang cukup seru deh! Kas berada dalam urutan pertama daftar asset. Pentingkah? Wow…pastinya penting sekali, kalau tidak, pasti nggak ada dalam urutan pertama, ya kan.
Kas dalam rumah tangga dihasilkan dari penerimaan atas gaji atau pendapatan sewa atau pendapatan lain-lain. Gaji diperoleh dari penghasilan nafkah, bisa suami atau istri yang bekerja sebagai karyawan. Pendapatan sewa merupakan pendapatan yang diperoleh oleh keluarga karena menyewakan rumah, kebun dll. Sedangkan pendapatan lain-lain yaitu misalnya apabila anda putus arisan, dapat warisan, sumbangan dari teman dan lain-lain deh pokoknya yang sifatnya tidak terduga dan tidak terukur jumlahnya. Nah, kalau seandainya Ibu rumah tangga tersebut telah mengembangkan bakat bisnisnya sehingga ada tambahan pendapatan lain yang jumlahnya cukup besar dari bisnis tersebut, maka statusnya sudah berubah tentunya bukan Ibu rumah tangga biasa kan? Ok, yang ini kita bahas lain kali saja kalau ada kesempatan. Temanya bisa saja Meningkatkan dan Melindungi bisnis anda supaya tidak miskin ketika bangkrut….haaa…panjaaaannngg sekali dan mengerikan.
Ok, back for good….hmm…lagunya wet wet wet tuh.  Nah manajemen kas itu sebenarnya sudah banyak dipraktekkan oleh Ibu-ibu rumah tangga dengan mencatat pemasukan dan pengeluaran. Tapi jangan lupa tambahkan dengan jumlah tabungan dan simpanan lain setara kas….setara kas artinya dapat diuangkan dengan cepat. Gitu saja, gak usah bertele-tele dengan kaidah akuntansi karena hmmm….saya juga tidak terlalu paham secara detil dan di sini kita melakukan manajemen rumah tangga yang pelaku dan pengawasnya adalah anda sendiri. Just make it as simple as possible karene kerjaan seorang housewife sudah banyak dan menyita seluruh energi dan emosi, kalau bisa semuanya simple dan hmmm…Say, nggak pinginkah kamu ke salon atau spa sesekali, trus melakukan hobbymu yang lama nggak tersentuh atau having fun dengan anak-anak? Ummm….tentu saja pingin tapi itu tadi kita hidup dengan bujet yang ketat dan tampaknya semua barang harganya naik terus akhir-akhir ini. Yah…ayolah kita fokus pada hal yang bisa kita kontrol…sementara lupakan dulu hal lain.
Ok, dear….sejumlah inilah yang bisa kita pakai untuk menabung dan membiayai aktifitas ekstra lainnya. Lakukan seperti ini….Kas Masuk-Kas Keluar=Jumlah yang siap disisihkan (disebut juga kas bersih/nett cash). Gampang kan? Apa…..masih tersisa jumlah yang sedikit? Oke mari kita maksimalkan asset kita. Orang-orang yang bijak memaksimalkan asset mereka sehingga mereka dapat memiliki kualitas hidup yang baik. Coba kita petakan kepemilikan asset kita. Sebidang tanah kosong di dekat komplek perumahan, Satu rumah warisan ….wow…kita cukup kaya bukan?
pekarangan kosong, bisa kita sewakan untuk garasi mobil atau tempat parkir bank ataupun pertokoan di sekitarnya kan? Pastinya akan ada tambahan kas bersih dari hasil sewa tersebut. Itu adalah salah satu contoh operasionalisasi asset.
Apa? Bagaimana kalau tidak punya asset yang bisa dioperasionalkan…well, honey…pilihan yang ada cuma ada dua untuk mendapatkan tambahan kas bersih. Yang pertama adalah memaksimalkan asset dan yang kedua adalah mencari tambahan penghasilan. Rasanya cuma itu saja pilihan yang ada.
Mengenai cara menambah penghasilan, usahakan tidak menambah modal atau pakai modal sekecil-kecilnya karena fokus utama adalah memaksimalkan asset sehingga kita bisa pakai asset kita yang ada Hon, misalnya Papah ada mobil buat ke kantor dan mobil ini cuma buat berangkat dan pulang kantor saja, berarti asset ini kurang maksimal, selama jam kantor bisa saja kita sewakan mobil ini kan? Pokoknya optimis deh jalan selalu ada asal ada niatnya.
Ok, Say…saatnya jemput anak-anak dari les….aku atau kamu yang njemput? Papah aja deh, tolong sekalian mampir beli telur trus itu jaket  sama susu untuk Jesi dibawa sekalian kasian kan sudah malam dingin sekali, terus…bla…bla..bla…..Hati-hati ya Pah! Hmmm….that’s my wife…gak pernah kekurangan bahan omongan….hehehe.

Palangka Raya 30 Mei 2011

Jumat, 27 Mei 2011

Investasi for Housewives--ASSET (bagian 1 dari beberapa tulisan)

Selamat Pagi,
Beberapa waktu yang lalu salah satu adik saya mendesak saya menulis buku mengenai investasi. Upsss.....buku investasi????? Wkwkwkw.....sudah banyak tuh dipasaran. Saran hanya masuk kotak ide. Setelah lewat 3 bulan kemudian....pada saat saya sedang berada di perjalanan muncul kembali ide tersebut dan sekaligus sudut pandangnya.

Hmmm....menurut saya buku investasi sudah berjibun di pasaran. Dan diperlukan satu sudut pandang yang baru supaya orang mau membacanya dan dipraktekkan. Ya, apalah artinya baca berbagai macam buku investasi dan tidak dipraktekkan? Buang-buang duit dan kita ikut berkontribusi pada kerusakan hutan....heheh...kertas kan bahannya dari pohon ya....whatever....yang jelas kata orang Jawa....muspra...mubazir...

Nah....setelah dimatangkan ternyata idenya adalah membuat tulisan mengenai investasi dengan sudut pandang seorang Ibu rumah tangga. Nah, tahu sendiri kan ibu rumah tangga itu nggak kerja tapi kerjaannya banyak. Bayangin pagi-pagi sudah bangun, nyiapin sarapan suami dan anak-anak....nganter sekolah anak, trus bersih berish rumah dan cuci pakaian....belanja ke pasar...masak makan siang...jemput anak lagi sekalian shoping yeee......pulang....ngantar les....siapin snack sore....pergi arisan di tempat Bu RT....trus gitu sampai mau tidur malam aja digangguin suami....hehehe.....

Yang lebih stressfull lagi nih....harus mengelola keuangan keluarga....kliyeng po ra nek ngono hayooo...sorry balik ke selera asal....bahasa Jawa heheheh.....maksudnya kalimat itu kira-kira...apa nggak pusing kepala hayooo.....gitu deh. Gaji suami harus dikelola supaya habissss....halahhh....kok habis sih????
Lha tapi biasanya gitu sih....habis atau minus.....Gubrakkk!

Well, listen Honey!.....sekarang tantangan untuk menjadi manajer keuangan yang baik adalah mengelola sisi aktifa dan pasifa dari neraca keuangan keluarga dan melakukan semuanya itu untuk memastikan kesejahteraan stockholder atau dalam hal ini keluarga.

Oke Ibu-ibu.....Aktifa bisa juga disebut asset. Dalam neraca ini ada di sisi sebelah kiri....tapi kalau bingung gak usah pake kiri kanan deh karena saya yakin masih ada yang suka bingung mana tangan kanan atau mana tangan kirinya.....hehehe.....ok sebut saja asset. Apakah asset itu?

Asset secara umum bisa disebut sebagai kekayaan keluarga. Asset lancar dan asset tetap. Asset lancar adalah aset yang mudah dijual dengan cepat atau dijadikan uang dengan cepat termasuk di dalamnya adalah uang tunai, tabungan di bank, deposito, logam mulia, dan surat berharga lain seperti misalnya saham dan juga polis asuransi yang memiliki nilai tunai (jenis unit link).

Yang kedua adalah Asset tetap atau asset yang bila diuangkan atau dijual biasanya tidak cepat laku dan bisa agak lama contohnya bangunan gedung, rumah, villa atau tanah. Dalam tujuannya sebagai investasi jangka panjang, logam mulia (emas) dan polis asuransi bisa dikategorikan pada asset tetap juga. Itu menurut saya lho....artinya saya tidak mengikuti kaidah-kaidah akuntansi standar dalam pengelompokan ini.

Tujuannya adalah memberikan gambaran bahwa asset tetap adalah memiliki sifat investasi jangka panjang dan asset lancar adalah memiliki sifat investasi jangka pendek. Good girl! sudah mendapat gambaran?....Belum???? yah.....maklum biasanya cuma mencatat pemasukan dan pengeluaran kan?
Nah dengan mengidentifikasi asset anda bisa lebih bersyukur dan tidak cemberut terus kalo gaji suami kena potongan....hahahah....karena sebenarnya anda akan tahu bahwa anda dan keluarga lebih kaya dari yang anda bayangkan sendiri. Dengan begitu anda akan lebih bersyukur dan lebih ringan hati....Amiiinnn!!

Coba bayangkan anda memiliki sebidang tanah pekarangan....berapa nilainya? Rumah yang anda tempati ini, berapa nilainya trus perhiasan yang dibelikan dengan penuh kasih sayang oleh suami tercinta berapa nilainya sekarang. Belum puas? Lihat uang pertanggungan asuransi yang dimiliki suami anda 200 juta?....500 juta???? atau lebih. Mobil anda berapa nilainya sekarang? Nah jumlahkan semua itu...eh kalau anda bisa menghitung coba juga tambahkan berapa meter kubik tanaman pohon jati atau sengon di tanah pekarangan anda...itu duit juga lho...juga kalau anda punya sapi atau ternak yang lain....
Nah cukup kan alasan untuk menjadi orang kaya??? Marilah kita bersyukur...

Apa, Say??? Cuma punya uang tunai sedikit? Well....itu masalah lain tapi apakah cukup buat belanja dan kebutuhan harian?....syukurlah kalau begitu mari kita tidur dan kita pikirkan pemecahan masalah manajemen Cash Flow untuk hari yang lain. Ok seperti serial anak-anak teletubies...mari...berpelukan!

And there lay on the bed Husband and Wife....sleep peacefully. The problem for today is settled in their room and who knows what tomorrow would bring????


Banjarbaru Akhir Mei 2011